Mellow Yellow Drama : Tentang Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan

IMG-20140606-00628

“Saat Tuhan memberikan tugas yang besar kepada seseorang, tekadnya akan diuji terlebih dahulu dengan kesulitan, otot dan tulangnya diuji dengan kelelahan, tubuhnya dengan kelaparan serta kekosongan.” (Halaman 123-124)

Jatuh cinta pada lawan jenis kemudian patah hati adalah hal yang biasa. Tapi bagaimana bila kau jatuh cinta pada negaramu namun ia tak membalas cintamu? Bagaimana perasaanmu, apakah kau akan beremigrasi ke negara lain dan menjadi warga negara tersebut? Akankah kau tetap mencintai tanah airmu walaupun kau tahu betapa sakit hatinya kau karena cintamu bertepuk sebelah tangan? Apa kau yakin cintamu tak akan pudar sedikit atas penolakan ini? Apakah kau…..? Ah, sudahlah! Ada baiknya kita simak cerita Audrey yang jelas-jelas patah hati karena saking cintanya kepada Indonesia.

Maria Audrey Lukito yang kemudian berganti nama menjadi Audrey Yu Jia Hui adalah salah satu pemudi yang memiliki kecintaan membuncah kepada tanah air, Indonesia. Dari namanya saja kita sudah bisa memastikan bahwa Audrey adalah keturunan etnis Tionghoa dan bukan masyarakat (asli) pribumi. Audrey adalah salah satu anak paling membanggakan karena prestasinya yang gilang-gemilang. Bayangkan saja, di usianya 16 tahun dia sudah lulus kuliah dengan predikat summa cum laude. Audrey memang terlahir jenius. Kejeniusannya ini mengantarkannya ke College of William and Marry, Virginia, USA di usia belia yaitu 13 tahun.

Menjadi jenius seharusnya bisa membuat seseorang terbang sampai langit ke tujuh. Namun Audrey tak pernah merasa demikian. Audrey dianggap aneh oleh papa dan mamanya. Papa Audrey seorang pebisnis sukses dengan kekayaan melimpah. Papa dan mama Audrey menginginkan agar ia mengikuti jejak papanya menjadi pebisnis atau bekerja di perusahaan beken dengan gaji setinggi angkasa. Harapan orangtua Audrey sangat beralasan mengingat Audrey lulusan luar negeri dan jenius pula. Namun keinginan orangtua Audrey sangat berseberangan dengan hati nuraninya. Audrey ingin berkontribusi untuk bangsa ini. Tentangan dari orangtua menciutkan nyalinya.

Aku gembira bukan kepalang. Inilah saatnya mempraktikkan ilmuku dan membantu masyarakat di Tanah Air-ku yang dirundung masalah kemiskinan dan ketidakadilan. Orangtuaku merasa kegiatanku di LSM tidak ada gunanya. Bukan hanya tidak berguna, melainkan juga berbahaya (halaman 87).

Sesungguhnya, harapan Papa dan Mama bertolak belakang dengan cita-citaku. Semakin aku meyakinkan obsesiku, semakin mereka marah besar. Mereka menyesal sudah “membuang uang” menyekolahkanku di Amerika. Hasilnya tetap dapat anak yang kerjanya “bikin pusing”, “bodoh”, dan “susah diatur” (halaman 88).

Atau lihat reaksi orangtua Audrey mengenai keinginannya untuk menulis buku.

“Kalau kamu nulis buku mau jadi apa? Kamu semula punya masa depan cerah. Mengapa sekarang pemikiranmu aneh? Apa kamu mau menyia-nyiakan masa depanmu sendiri?” (halaman 95)

Audrey mencintai Indonesia juga sangat menjunjung tinggi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Sayangnya kecintaan terhadap negara ini dianggap tidak pantas karena ia orang Tionghoa.

Pernah suatu kali, seorang teman sekolah bilang kepadaku, “Walaupun kamu pintar, kamu tetap bukan orang Indonesia asli. Negara ini milik orang-orang seperti aku.” (halaman 61)

Di Indonesia, cita-citanya dianggap tidak masuk akal. Orang terdekatnya malah menjatuhkan apa yang menjadi impiannya. Sementara itu perlakuan yang ia dapatkan dari teman-teman kampus dan profesornya justru semakin memantik semangat patriotiknya untuk Indonesia.

Setiap kuberi tahu seseorang tentang impianku bagi negaraku, aku tidak pernah diejek atau dihina sebagai keturunan Tionghoa. Di Amerika, aku melihat diriku bukan sebagai gadis kecil, melainkan sebagai seorang patriot, seorang tentara, dan duta besar bagi Indonesia (halaman 74).

Cinta yang tak berbalas ini menjerat pikiran dan kesehatan Audrey. Orangtuanya pergi ke banyak konselor, ahli terapi, psikolog, dan psikiater. Audrey menjalani hidup tanpa makna. Obat dan antidepresan dijajal demi kesembuhan. Di tengah kegalauan hatinya, Audrey menemukan seorang sahabat yang pada akhirnya mengubah paradigma dan sudut pandangnya.

Apa yang menjadi impian dan cita-cita Audrey mungkin bisa jadi adalah impian dan cita-cita kita juga di masa mendatang untuk Tanah Air kita. Lantas apa impian Audrey untuk bangsa ini?

Aku bermimpi bahwa suatu hari banyak orang di Indonesia-ku yang tecinta akan menjalankan prinsip-prinsip Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Aku bermimpi bahwa suatu hari para pemimpin negara kita akan meletakkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Aku bermimpi pada suatu hari perempuan Indonesia akan menatap cermin dan berhenti mengharapkan kulit mereka lebih putih, hidung mereka lebih mancung, atau mata mereka lebih besar. Aku bermimpi bahwa suatu hari mereka akan bangga dengan apa yang Tuhan anugerahkan dan bukannya terus berharap untuk meniru orang Barat dengan cara apapun.

Aku bermimpi bahwa keturunan Tionghoa di negaraku akan memperbaiki permadani kami yang tercabik. Aku bermimpi suatu hari setiap orang Indonesia keturunan Tionghoa akan bangga memiliki nama Mandarin, bisa berbicara bahasa Mandarin dengan fasih, tetapi tetap setia secara politik pada prinsip-prinsip Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Aku bermimpi bahwa kita akan dihargai dan dihormati di seluruh Nusantara karena memiliki nama Mandarin, sebaik kita mempraktikkan bahasa dan budaya Tionghoa kita, bukannya dianggap tidak patriot, aneh, atau kuno.

Akub bermimpi bahwa suatu hari akan banyak perpustakaan umum yang berkualitas baik di Indonesia, yang memiliki koleksi buku-buku berkualitas baik dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, dan berbagai bahasa daerah.

Aku bermimpi bahwa suatu hari banyak perempuan Indonesia akan lebih suka membaca buku-buku sastra daripada membuka-buka majalah mode. Aku bermimpi bahwa suatu hari aka nada banyak took buku bahasa Mandarin dan Inggris yang berkualitas baik di Indonesia sehingga orang-orang sepertiku tidak perlu terus pergi ke luar negeri untuk membeli buku dan melakukan riset kami.

Aku bermimpi bahwa suatu hari orang Indonesia akan bangga atas budaya nenek moyangnya, tetapi tetap bersatu dalam kesetiaan pada bangsa dan gagasan luhur bangsa kita. Aku bermimpi bahwa sebagai ganti kita terus bertengkar satu sama lain atas hak-hak individu, kita akan sangat mencintai bangsa dan rekan-rekan sebangsa dan se-Tanah Air sehingga akan menjadi sebuah kehormatan untuk menghargai meraka yang berbeda perasaan atau berpendapat.

Aku bermimpi bahwa suatu hari mereka yang sungguh-sungguh mencintai Indonesia dan rakyat Indonesia tidak akan menjalani hidup yang demikian sulit, diejek tidak realistis oleh orang banyak, dan diserang dari banyak pihak. Aku bermimpi bahwa suatu hari aka nada tempat bagi orang sepertiku dan anak-anak Indonesia yang berbakat tak perlu menderita seperti aku.

Bisa dikatakan, buku ini adalah curahan hati Audrey atas rasa patah hatinya terhadap Indonesia. Sama halnya ketika kita patah hati, kita pasti memiliki kecenderungan untuk curhat pada diari atau menuliskan puisi guna menumpahkan kekacauan yang ada di dalam hati dan pikiran. Bagi saya ini wujud patah hati yang positif. Lewat buku yang ditulis Audrey ini, saya berharap bisa menambah kecintaan kita terhadap bangsa dan Tanah Air kita, tempat kita lahir dan mengambil segala sumber daya yang ada di bumi Indonesia. Gadis keturunan Tionghoa macam Audrey saja berani mengakui kecintaannya yang sangat mendalam pada bangsa ini, lalu bagaimana dengan kita penduduk pribumi yang sedari dulu kala mendiami nusantara ini? Apakah kita (MASIH) gengsi mengakui rasa cinta itu?

Keterangan buku

Judul : Mellow Yellow Drama
Penulis : Audrey Yu Jia Hui
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Halaman : 242 Halaman
Cetakan ke- : 1, Mei 2014
ISBN : 978-602-291-032-9

Published by fitriamayrani.reads

Tukang baca buku dan pemakan tekwan profesional

5 thoughts on “Mellow Yellow Drama : Tentang Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan

  1. Mulia sekali cita-cita Audrey. Semoga kita yang asli pribumi menghargai akan mereka, tak ayal jika kita bisa menggerakkan bhineka tunggal ika dengan sesungguhnya.

    Aku rindu dan aku berharap Bhineka tunggal ika ada di Indonesia di hati masyarakat Indonesia :’)

Leave a reply to sabdatukangbaca Cancel reply